Cari di Blog Ini

Minggu, 09 Oktober 2016

Makalah penyakit rohani dan pencabangannya



A.      Pengertian Penyakit Rohani
Dr. Hamzah Ya'cub dalam bukunya, "Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mu'min" memberikan pengertian tentang penyakit rohani, sebagai berikut:
1.      Penyakit rohani ialah sifat buruk dan merusak dalam batin manusia yang mengganggu kebahagiaan.
2.      Penyakit rohani ialah sikap mental yang buruk, merusak dan merintangi pribadi untuk memperoleh keridhaan Allah.
3.      Penyakit rohani ialah sifat dan sikap dalam hati yang tidak diridhai Allah, sifat dan sikap mental yang mendorong pribadi melakukan perbuatan buruk dan merusak.
Secara singkat dapat dikatakan, bahwa penyakit rohani ialah adanya sifat dan sikap (budi pekerti) yang buruk dalam rohani seseorang manusia, yang mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan terganggunya kebahagian dan terhalangnya dia dari memperoleh keridhaan Allah.[1]
Allah banyak berbicara tentang penyakit jiwa. Mereka yang lemah iman dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya. Penyakit-penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap berkeluh kesah, angkuh, sombong, dan membantah. Allah menyatakan, bahwa dalam rohani manusia memang ada sifat dan sikap yang seperti itu. Antara lain dalam surat Al-Ma'arij ayat 19, yang berbunyi:
"Sesungguhnya manusia itu diciptakan (bersifat) keluh kesah lagi kikir." (QS. Al-Ma'arij: 19)
B.       Macam-macam Penyakit Rohani
1.      Nifaq
Orang yang mempunyai sifat dan sikap nifaq disebut munafik. Munafik dalam arti populernya ialah orang yang suka berpura-pura atau lain di mulut lain di hati. Menurut agama Islam ialah orang-orang yang menyembunyikan kekufuran di dalam hatinya dan menyatakan iman dengan lidahnya. Dalam Al-Qur'an, banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang melukiskan sifat dan sikap orang-orang munafiq ini.
a.       Perusak
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi," mereka menjawab," Kami hanyalah orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-Baqarah: 11)
b.      Pelanggar janji dan kikir
"Dan di antara mereka ada orang yang berjanji kepada Allah. Sesungguhnya jika Ia beri kami karunia-Nya, tentu kami akan menshadaqahkannya dan tentu kami akan menjadi orang-orang baik. Tetapi, tatkala Allah memberikan kepada mereka karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan mereka berbalik haluan dalam keadaan berpaling." (QS. At-Taubah: 75-76)
c.       Suka mencela
"Ingatlah tatkala orang-orang munafik dan orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit berkata, "Agama mereka telah menipu mereka, (padahal) barangsiapa yang telah menyerahkan diri kepada Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Kuat lagi Maha Bijaksana." (Al-Anfal: 49)
d.      Malas shalat/beribadah dan ria
"Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah balas menipu mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas, mereka ria kepada malaikat dan mereka tidak ingat kepada Allah, melainkan sedikit saja." (QS. An-Nisa: 142)

2.      Takabbur (sombong)
Takabbur adalah memandang rendah orang lain dan menolak kebenaran. Kekuasaan, kekayaan, kepintaran (ilmu yang banyak), kecantikan, kebangsawanan, dan sebagainya adalah penyebab seseorang menjadi takabbur. Karena ia berkuasa, kaya, pintar, cantik, dan bangsawan lantas ia merendahkan orang lain atau menolak kebenaran. Allah sangat tidak suka kepada orang-orang yang mempunyai sifat dan sikap takabbur ini.
"Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari orang-orang (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)
3.      Riya'
Riya' ialah memperlihatkan amal kebajikan, supaya dilihat dan dipuji orang lain lantaran amal tersebut. Ada pula yang mengartikannya dengan:
a.       Bekerja dengan menginginkan pujian orang, bukan beramal karena Allah secara ikhlas.
b.      Suka memuji diri dan membanggakan kemuliaan dirinya, hartanya, ilmunya, keturunannya dan sebagainya.

Sifat dan sikap riya' ini sangat dicela Allah. Allah berfirman:
فويل للمصلين۞ الذين هم عن صلاتهم ساهون ۞ الذين هم يرآءون۞
"Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,  (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya." (QS. Al-Ma'un: 4-6)
4.      Hasad
Hasad (dengki) ialah rasa atau sikap tidak senang terhadap kerahmatan (kenikmatan) yang diperoleh orang lain, dan berusaha untuk menghilangkannya. Sikap ini termasuk akhlak tercela. Perlu dicamkan orang yang iri hati akan menyakiti hatinya sendiri, sedang nikmat yang diperoleh orang lain tidak dapat dihapuskan kecuali apabila Allah swt. yang mengambilnya.
اَم يَحسُدُونَ النَّاسَ عَلىَ مَاآتَاهُمُ الله مِن فَضْلِهِ
"Adakah (patut) mereka iri hati kepada manusia atas karunia yang telah diberikan Allah kepada mereka?" (QS. An-Nisa': 54)

5.      Pemalas
Malas artinya hilang kegairahan berusaha. Malas menyebabkan kegagalan dan kemunduran. Islam menghendaki kerajinan dan kesungguhan. Allah berfirman:
وجاهدوا في الله حقّ جهاده ۚ
"Dan berjihadlah (sungguh-sungguh) di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad." (QS. Al-Hajj: 78)

6.      Hiqdu (dendam)
Menurut Drs. Barmawie Umarie, dendam ialah dengki yang telah mengakibatkan permusuhan, kebencian, memutuskan silaurahmi karena ia tidak segan-segan lagi membukakan rahasia orang. Menurut Imam Ghazali, dendam ialah hati terus merasa berat, marah, dan iri terhadap orang yang didendami. Yang demikian itu terus-menerus dan berkekalan. Kemudian Imam Ghazali menerangkan dendam itu membuahkan perkara[2]:

a.       Dengki.
b.      Senang, kalau orang yang didendami itu tertimpa bahaya.
c.       Memutuskan silaturahmi.
d.      Berusaha untuk menghinakannya.
e.       Membuka rahasianya
f.       Mengejek dan menghinanya,
g.      Menyakiti badannya.
h.      Melarang dari haknya.
Islam sangat menganjurkan memaafkan seseorang apabila seseorang tersebut berbuat salah agar terhindar dari sifat dendam. Allah berfirman:
وَالكَاظِمِينَ الْغَيظَ وَالعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ
"... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali-Imran: 134)

7.      Namimah (mengadu domba)
Namimah diartikan sebagai perbuatan mengadu domba diantara orang beriman. Namimah digunakan untuk memicu pertengkaran, sehingga bisa menyulut kekacauan. Perbuatan ini sangat terlarang, melanggar hukum, dan berdosa. Siapapun yang meninggal dunia tanpa bertaubat dari perbuatan namimah, dia akan mendapat siksa neraka sebelum masuk surga.
Menurut Drs. Barmawie Umarie, namimah ialah menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan keadaan seseorang atau mengabarkan pekerjaan seseorang kepada orang lain dengan maksud mengadu domba antara keduanya atau merusak hubungan baik antara mereka. Bila hal itu dibiarkan, maka akan menimbulkan rusaknya hubungan silaturahmi dan kacaunya masyarakat serta timbulnya saling curiga. Karena itu Islam mengajarkan apabila ada orang membawa suatu kabar, jangan cepat dipercaya, selidikilah terlebih dahulu. Allah berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepada kalian membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat: 6)
8.      Ghibah (mengumpat)
Ghibah adalah dosa besar yang mengharuskan pelakunya melakukan pertaubatan kepada Allah. Ghibah adalah dosa karena orang yang digunjingkan tidak hadir dan terlibat dalam perbincangan sehingga dia tidak bisa membela diri. Orang yang digunjing tidak dapat memberi alasan yang tepat untuk menjelaskan perkara yang sebenarnya. Kesepakatan para ulama memutuskan ghibah sebagai perbuatan terlarang. Tidak ada pengecualian terbebasnya seseorang dari aturan ini kecuali beberapa kondisi, seperti penetapan status dan keaslian perawi hadis dan pemberian saran yang sepenuh hati.[3] Dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 12, Allah menyamakan perbuatan ini dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Al-Hujurat: 12)









DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Syahminan,  Penyakit Rohani dan Pengobatannya, Al Ikhlas, Surabaya, tt.
Khan, Shakil Ahmad dan Wasim Ahmad, Ghibah: Sumber segala keburukan, PT Mizan Pustaka,  Bandung,  2010.



[1] Syahminan Zaini, Penyakit Rohani dan Pengobatannya (Surabaya: Al Ikhlas, tt) hlm. 65

[2]  Ibid, hlm. 80
[3] Shakil Ahmad Khan dan Wasim Ahmad, Ghibah: Sumber Segala Keburukan, ( Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010)  hal. 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar