Cari di Blog Ini

Minggu, 09 Oktober 2016

contoh makalah Dinasti Timuriyyah



DINASTI TIMURIYYAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Sejarah Kebudayaan Islam yang diampu oleh
Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum

  


 
 


                                                                                                                
Disusun oleh:
Siti Amalia Fathan
NIM : 11150110000097




Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1437 H / 2016 M






KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia terbaik, penutup para nabi dan rasul, Muhammad Saw., juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
Sebagaimana yang diketahui, makalah kali ini berjudul Dinasti Timuriyyah.  Topik ini sangat menarik dibahas bersama, agar kita semua dapat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam yang ada di kota Samarkand.
Dengan kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan, khususnya bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.






Ciputat,  20 September  2016


Penyusun



DAFTAR ISI
Kata Pengantar           ……………………………………………………………………... 1
Daftar Isi         ………………………………………………………………………...…… 2
BAB I : PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang Masalah         …………………………………………………...… 3
b.      Rumusan Masalah       …………………………………………………………...… 3
BAB II : PEMBAHASAN
a.       Sejarah Berdirinya Dinasti Timuriyyah           ………………………………..….… 4
b.      Wilayah Kekuasaan Dinasti Timuriyyah         …………………………………..…. 5
c.       Penyelenggaraan Pendidikan pada masa Dinasti Timuriyyah            …………......  7
d.      Tokoh-tokoh  yang berpengaruh         …………………………………………...… 8
e.       Peninggalan Dinasti Timuriyyah         ……………………………………………... 9
BAB III : PENUTUP
a.       Kesimpulan     ……………………………………………………………………... 11
b.      Saran   ………………………………………………………………………….….. 11
Daftar Pustaka                        …………………………………………………………………...… 12       





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Setelah dinasti Samaniah runtuh, Samarkand dan Bukhara jatuh ke tangan dinasti Saljuk pada tahun 495 H. Akan tetapi,  40 tahun kemudian tepatnya pada tahun 536 H, kota ini kembali direbut oleh dinasti Khawarizmsyah yang menjadikan Bukhara sebagai pusatnya. Pada tahun 606 H, kota ini diserbu oleh Jengis Khan selama beberapa bulan setelah ia menyebrangi sungai Jihun. Bukhara, adalah kota Islam pertama yang oleh Jengis Khan.
Setahun kemudian, kota Samarkand, setelah sebagian penduduk dibunuh dan sebagian bangunan dihancurkan, penduduk yang lain di perkenankan tinggal disana di bawah pemerintahan bangsa Mongol. Selama seratus lima puluh tahun, sejarah kota ini sangat suram. Kebangkitan baru terjadi pada masa Timur Leng, pendiri dinasti Timuriyyah. Ia menjadi penguasa tertinggi di Transoxania dan menjadikan Samarkand pusat pemerintahannya.
Tidak hanya sampai disitu, setelah berganti raja, kota Samarkand diperindah oleh Ulugh beg. Ia adalah cucu dari Timur Leng, seorang raja yang alim dan lemah lembut. Ia membuat banyak perubahan di kota Samarkand. Mulai dari pendidikannya, bangunannya, dan menjadikannya sebuah peradaban yang indah dan megah.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Sejarah Berdirinya Dinsati Timuriyyah
2.      Wilayah Kekuasaan Dinasti Timuriyyah
3.      Penyelenggaraan Pendidikan pada masa Dinasti Timuriyyah
4.      Tokoh-tokoh yang berpengaruh pada masa Timuriyyah
5.      Peninggalan Dinasti Timuriyyah








BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH BERDIRINYA DINASTI TIMURIYYAH
Ketika umat Islam sedang melakukan pembaruan di berbagai bidang akibat perang salib dan serbuan Hulagu Khan, Timur Lenk hadir dengan serangan-serangan di kawasan Islam. Dunia Islam kembali dilanda malapetaka kemanusiaan yang dahsyat dan mengerikan. Islam yang dipeluk Timur Lenk belum mengubah karakternya sebagai tentara yang haus darah. Timur Lenk dengan keserakahannya telah menghancurkan umat Islam, termasuk saudara seketurunan mereka dari Dinasti Ilkha. Samarkand menjadi pusat pemerintahan Timur Lenk dan titik tolak lanjut dalam menjalankan misinya.
Timur Lenk adalah keturunan Karachar Noyan yang pernah menjadi menteri pada era Jagatai, putra Jengis Khan. Ayahnya, bernama Taragai, adalah pimpinan suku Barlas yang ikut mengembara bersama Jagatai hingga mendiami Samarkand. [1] Dinasti Timuriyyah didirikan oleh Timur Leng, dia lahir di dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, Uzbekistan) sebelah selatan di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya’ban 736 H dan meninggal di Otrar pada tahun 1404 M.
Sejak usia muda, keberanian dan ketangkasan Timur Leng sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda liar. Menginjak usia 12, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan serta keberaniannya yang menjadikan namanya dikenal di kalangan bangsanya.
Setelah ayahnya meninggal, sejarah kehebatan Timur Lenk baru dimulai. Pasca Jagatai wafat, masing-masing pemimpin melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Pada saat itu, Timur Lenk mengabdi pada Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan. Ketika Qazaghan meninggal dunia, Tughluq Khan menyerbu dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Setelah melihat kehebatan Timur dalam berperang, Tughluq Temur menawarkan jabatan gubernur di Samarkand, negeri kelahirannya, dan tawaran tersebut diterima Timur Lenk. [2]
Setahun setelah Timur Lenk menjabat gubernur, tepatnya tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat putranya, Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand. Sementara itu, Timur Lenk dijadikan wazir ( wakil) Ilyas Khoja. Karena dipelakukan seperti itu, Timur Lenk menjadi murka dan bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, untuk melakukan pemberontakan dan membunuh Tughluq Temur dan Ilyas Khoja. [3]
Setelah berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja, keduanya dibinasakan dalam pertempuran itu. Ambisi untuk menjadi raja besar muncul. Karena ambisi itulah, Timur berbalik melawan Amir Husain, walaupun ia adalah iparnya sendiri. Dalam pertempuran keduanya, ia berhasil mengalahkan Amir Husain dan membunuhnya di Balkh. Setelah itu, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan turunan Jengis Khan pada 10 April 1370 M.
 Ia mempunyai pandangan jika hanya satu Tuhan yang berkuasa di langit, maka dunia pun hanya ada satu raja yang berkuasa, yaitu dirinya sendiri. Karena ambisinya tersebut, ia berbalik membunuh Amir Husain di Balkh. Pada 10 April 1370, ia menjadikan Samarkand sebagai ibukotanya, sehingga ia menjadi penerus dari penguasa-penguasa Mongol, cabang Chaghatay di Transoxiana.[4]
Lama kelamaan, kekuatan Timur Lenk menjadi kokoh. Ia mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar dan berusaha menaklukan daerah-daerah yang pernah dikuasai Jengis Khan. Sekalipun Timur Lenk adalah penguasa yang kejam dan ganas, sebagai seorang muslim, Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Konon, ia adalah penganut Syiah yang taat dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. [5]
Dalam pemerintahannya, Timur dibantu oleh elit muslim setempat, termasuk Syaikh al-Islam (kepala dewan konsultan Islam) di Samarkand dan kalangan sufi yang menjadi penasihat spritualnya. Timur Leng juga mengangkat putra dan cucu-cucunya sebagai gubernur, tetapi dengan penuh kewaspadaan, ia membatasi kekuassaan mereka dengan terus-menerus mengadakan pergantian jabatan, melantik beberapa jenderal, dan pengumpul pajak yang bertanggung jawab langsung kepadanya. Ia juga melantik wakil-wakil pribadinya untuk mengawasi pemerintahan mereka.


B.     WILAYAH KEKUASAAN DINASTI TIMURIYYAH
Periode pemerintahan Timur Lenk banyak dihabiskan untuk menaklukan wilayah-wilayah yang pernah dikuasai Jengis Khan. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukan Jata dan Khawarizm. Setelah penaklukan tersebut, kekuasaan Timur Lenk mulai kokoh dan ia berencana untuk mewujudkan ambisinya sebagai penguasa besar. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukan Jata dan Khawarizm dengan Sembilan ekspedisi.
Pada 1381  M, Timur Lenk menyerang dan berhasil menaklukan Khurasan dan Herat. Ia juga melakukan serangan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki Afghanistan, Persia, Fars, dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukannya, Timur Lenk membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Tahun 1393 M, Timur Lenk berhasil menghancurkan dinasti Muzharfari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun yang sama, ia menjarah kota Baghdad dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia. [6]
Penguasa Baghdad waktu itu, Sultan Ahmad  Jalair lari ke Syiria, kemudian dia dijadikan Vassal dari Sultan Mamluk yang berpusat di Mesir. Sultan Barquq yang menjadi penguasa Mesir saat itu, tidak mau menyerahkan Ahmad Jalair ke Timur Lenk. Perlu diketahui Sultan Barquq merupakan satu-satunya raja yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukannya. Utusan-utusan Timur lenk yang dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, dipermalukan (dicukur jenggotnya) bahkan ada yang dibunuh.
Setelah gagal membunuh Ahmad Jalair, Timur Lenk melanjutkan ekspansinya ke Asia kecil, menjarah kota Edessa, Takrit, mardin,  dan Amid.  Sampai di Takrit, Kurdistan, ia membantai penduduk dan mendirikan sebuah Pyramid dari kepala korban yang dibunuhnya. Tahun 1395 M, dia menjarah sampai Rusia dan lebih setahun di menduduki kota Moskow. Tiga tahun kemudian, dia membawa 400.000 tentara untuk menaklukan India hingga ke pusat pemerintahannya di Delhi. Alasan penyerbuannya ialah karena ia menganggap penguasa-penguasa Muslim terlalu toleran kepada penganut agama Hindu. Setelah itu, Timur Lenk kembali ke Samarkand dengan membawa kekayaan yang berlipat. [7]
Dalam rangka membangun masjid di Samarkand, ia menggunakan 90 ekor gajah untuk mengangkut batu-batu besar tersebut dari Delhi ke Samarkand. Tahun 1401, Timur Lenk beserta pasukannya masuk ke Syiria. Seluruh penduduk muslim di negeri itu dibunuh dan kepalanya disusun menjadi piramida yang terdiri dari  20.000 kepala, tingginya 10 hasta, dan kelilingnya 20 hasta. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zakki dan Ayyubi dihancurkan. Puncaknya pasukan sultan Faraj dari Mamluk yang mempertahankan benteng di Damaskus, berhasil dikalahkan. Dari pertempuran dahsyat itu, Masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat dan hanya tinggal puing-puing.
Setelah berhasil menaklukan Damaskus, ia membawa para seniman dan pekerja ahli ke Samarkand. Selanjutnya, ia menyerang kota Baghdad, dan membantai 20.000 penduduk. Pembantaian ini sebagai balasan terhadap tewasnya tentara-tentara saat mengepung Baghdad dulu. Selain Dinasti Mamluk, Turki Utsmani juga dipandang sebagai musuh terberat Timur Lenk, karena mereka menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan.
Awal perseteruan ini dipicu ketika Sultan Bayazid I berhasil merebut daerah-daerah yang sudah ditaklukan Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Dalam pertempuran Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada 21 Juli 1402, terjadi pertempuran hebat di Ankara, dapat dikatakan pertempuran terbesar antar dua dinasti ini. Pada pertempuran ini, Timur Lenk kembali menang, dan berhasil menawan Sultan Bayazid I dan menahannya sampai meninggal. Setelah peperangan di Ankara, Timur Lenk melanjutkan ekspansinya ke Bursa, ibu kota lama Turki, dan Syria. [8]
Setelah berhasil mengalahkan Turki Ustmani, Timur Lenk kembali ke Samarkand untuk melanjutkan rencana ekspansi ke Cina. Mendengar negeri Cina sebagai target berikutnya, para penguasa disana menjadi ketakutan. Namun ditengah perjalanan, tepatnya di Otrar, Timur Lenk jatuh sakit. Pada akhirnya ia meninggal tahun 807 H/1404 M di usia 71 tahun, jenazahnya dibawa ke Samarkand, untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran. Dia dimakamkan di Mausoleum Gus Amir. Dengan meninggalnya Timur Lenk, maka rencana ekspansi ke Cina dibatalkan. [9]


C.     PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Di masa Syah Rukh, ia tidak saja menghindarkan dinasti Timuriyyah dari perpecahan dan kebangkrutan tapi juga berhasil meletakkan dasar pengembangan peri kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Herat, sebagai pusat pemerintahan, telah berkembang menjadi pusat peradaban Islam. Ulama, seniman dan pedagang berdatangan untuk mendapatkan perlindungan sehingga baik kegiatan ilmiah maupun ekonomi berkembang dengan pesat.
Syah Rukh membangun perpustakaan besar untuk mendorong kegiatan keilmuan. Padepokan tarekat, khanqah (pesantren) juga didirikannya sejalan dengan perkembangan aliran tarekat yang menjamur. Syah Rukh juga memberikan dukungan penuh kepada Nidamuddin Syami, Syarafuddin, Ali Yazdi, Fasihi, Abdul Razak dan Samarkandi untuk menulis karya monumental di bidang geografi. Dengan kerajaan tetangga, Syakhrukh menjalin hubungan kerja sama yang baik. Pertukaran duta besar dengan kemaharajaan China. Beberapa dinasti di India juga mengirimkan duta besarnya ke Herat sebagai tanda pengakuan mereka terhadap kepemimpinan Syakhrukh.
Pengganti Syakhrukh yang juga putranya sendiri, Ulugh Beg, lebih tertarik pada keilmuan seperti astronomi dan keindahan kota. Sejak kecil sudah menguasai Qira’ah Sab’ah. Juga ahli sastra hingga banyak sastrawan yang menjadi temannya. Ia juga menulis sejarah buku penting tentang sejarah empat putra Jengis Khan. Di masanya, Transoxiana menjadi pusat arsitektur, falsafah muslim dan kemajuan ilmu pengetahuan, dan mendorong munculnya varian baru peradaban istana Iran-Islam. Monumen-monumen besar dibangun di Samarqand, Bukhara, Herat dan Balkh, termasuk kompleks makam Sah-i Zindah di Samarqand dan Mousoleum Gus Amir, yang terkenal karena dekorasi tegel Turki yang berwarna biru dan kubah gorgorius-nya.
Dalam seni arsitektur ia bangun masjid Muqatta’ dengan interior dan dekorasi khas Cina serta sebuah perguruan tinggi dengan interior mosaik yang indah. Ia juga membangun sebuah observatorium yang pernah di klaim sebagai observatorium termegah dalam dunia Islam. Observatorium ini pula yang mampu dikembangkan Arab setelah pertengahan abad ke-13. Ketekunannya bersama ahli astronomi lain menghasilkan manual perhitungan perbintangan. Karya Ulugh Beg ini mendapatkan penghargaan yang luas di kalangan ilmuwan Eropa selama beberapa abad.
Observatorium ini pula yang membawa kemajuan ilmu perbintangan dalam berperan dalam penyusunan kembali sistem penanggalan, sekarang observatorium ini telah musnah. Di masa Ahmad yang cukup lama (1469 – 1494), Samarkand relatif damai. Berbagai bangunan indah didirikan. Ulama dan seniman dari berbagai penjuru berdatangan, sehinga dinamika ilmu pengetahuan dan kesenian tumbuh subur.
Observatorium ini pula yang membawa kemajuan ilmu perbintangan dalam berperan dalam penyusunan kembali sistem penanggalan, sekarang observatorium ini telah musnah. Ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya juga mengalami kemajuan. Yang paling menonjol adalah kemjauan di bidang seni lukis dan kaligrafi. Berkat karya sastra antara lain Bihzad dan Syah Mudaffar, Dinasti Timuriyyah menawarkan trend baru di bidang seni lukis yang kemudian di sebut “Madzab Bihzad”, yang menawarkan harmoni lukisan pada totalitas dengan variasi bidang yang mencolok dan penggunaan warna yang tajam dan rumit.


D.    TOKOH-TOKOH YANG BERPENGARUH
Dinasti Timuriyyah didirikan oleh Timur Lenk. Dia melakukan banyak ekspansi ke beberapa negara untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Setelah ia wafat, dua putranya, Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Dalam pertempuran itu, Khalil keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya dengan kekuasaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu, saudaranya yang lain Syah Rukh merebut kekuasaan darinya.[10]
Syah Rukh berusaha mengembalikan kewibawaan kerajaan. Ia adalah seorang raja yang alim dan lemah lembut. Setelha wafat, ia digantikan oleh anaknya, Ulugh Begh, seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah ia berkuasa, ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdul Latif.
Raja besar terakhir dari Dinasti Timuriyyah ini adalah Abu Said. Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan. Yaitu Kara Konyulu (domba hitam) dan Ak Konyulu (domba putih). Abu Said sendiri mati terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Konyulu.[11] Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Dinasti Timuriyyah dan diganti dengan kekuasaan orang-orang Turki.


E.     PENINGGALAN DINASTI TIMURIYYAH
Meskipun Timur Lenk dikenal sebagai penguasa yang kejam terhadap penentangnya, sebagai seorang muslim, Timur Lenk sangat memperhatikan usaha-usaha untuk pengembangan Islam. Menurut riwayat, ia adalah penganut Syi’ah yang taat dan menyukai tarekat Naqshabandiyah.  Dalam perjalanannya ia turut membawa ulama-ulama, sastrawan dan seniman.
Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, yaitu Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. kemajuan yang dicapai oleh Timur Lenk, antara lain:
1.    Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah.
2.    Kota Samarkand dijadikan pusat internasional dan mengambil alih kedudukan kota Baghdad dan Tabriz sebagai pusat internasional.
3.    Mendatangkan tukang-tukang yang ahli, seniman ulung, pekerja yang pandai dan perancang bangunan dan negeri-negeri taklukannya untuk memajukan perk Islam.
4.    Meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur.
5.   Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam. [12]
Peninggalan Dinasti Timurid tersebar di Samarkand. Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur yang begitu Islami dengan megahnya menghiasi kota itu. Mereka menjadi saksi kejayaan Islam di masa lampau. Sebagai simbol kejayaan yang luar biasa bisa terlihat dari Masjid Kalon, Samarkand. Lihatlah Registan Square, sebuah pusat kota tradisional yang tak henti mengundang decak kagum. Di tempat itu terdapat tiga bangunan yang menjadi peninggalan Ulugh Beg yakni, Madrasah Ulugh Beg, Sherdor, dan Tilla Kari. Madrasah itu adalah perguruan tinggi zaman dulu. Tempat bersejarah lainnya ialah menara yang menjulang tinggi di langit Samarkand.


Registan Square, Samarkand



            
Madrasah Ulugh Begh, Samarkand                                        Mausoleum Gus Amir


Description: E:\Foto\IMG_20160919_154740.jpg                                                 
Masjid Kalon                                                                          Rincian menara di Samarkand


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Timur Lenk adalah keturunan Karachar Noyan yang pernah menjadi menteri pada era Jagatai, putra Jengis Khan. Ayahnya, bernama Taragai, adalah pimpinan suku Barlas yang ikut mengembara bersama Jagatai hingga mendiami Samarkand. Dinasti Timuriyyah didirikan oleh Timur Leng, dia lahir di dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, Uzbekistan) sebelah selatan di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya’ban 736 H dan meninggal dalam perjalanan menuju Cina, tepatnya di Otrar, pada tahun 1404 M.
Sejak usia muda, keberanian dan ketangkasan Timur Leng sudah terlihat. Menginjak usia 12, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan serta keberaniannya. Tetapi sejarah kehebatannya baru dimulai setelah ayahnya wafat. Ketika Samarkand diserang, Timur tidak tinggal diam, dia menunjukkan kehebatannya dalam militer. Setelah itu ia ditunjuk oleh Tughlug Temur untuk menjadi gubernur di Samarkand.
Tepat setahun, dia digantikan oleh Ilyas Khoja. Timur tidak rela, kemudian ia berkomplot dengan Husain untuk membunuh Ilyas Khoja dan juga Tughlug Temur. Dari itu, timbul niat untuk menjadi penguasa, ia berpandangan jika hanya ada satu Tuhan yang berkuasa, maka hanya ada satu raja di dunia yang berkuasa, yaitu dirinya.
Timur Lenk mulai melakukan ekspansi (perluasan wilayah) ke berbagai daerah untuk mewujudkan niatnya tersebut. Dia tidak segan membunuh dan membantai habis-habisan penduduk yang tidak mau patuh kepadanya. Dia juga membuat menara yang terdiri dari kepala korbannya yang melawan itu sebagai tanda kemenangan atas dirinya.

B.     SARAN
Puji syukur kepada Allah swt., dan baginda Nabi Muhammad saw., atas selesainya makalah ini. Penyusun sadar masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Baik itu dari segi pengetikan, bahasa, dan sumber yang dipakai. Maka dari itu, penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA

Bahri ,Syamsul.  Peta Sejarah Peradaban Islam. Fajar Media Press, Yogyakarta . cet ke-1, 2011
Ibrahim, A. Qasim dan Muhammad A. Saleh. Buku Pintar Sejarah Islam. Zaman, Jakarta. cet ke-2, 2014
Yatim, Badri.  Sejarah Peradaban Islam. PT Rajagrafindo Persada,  Depok. cet ke-24, 2013
Amin, Samsul Munir.  Sejarah Peradaban Islam. Amzah, Jakarta. cet ke-4, 2014



[1] Syamsul Bahri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta : Fajar Media Press, 2011) cet ke-1, hlm. 126
[2] Qasim dan Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam (Jakarta : Zaman, 2014) cet ke-2, hlm. 749
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2013) cet ke-24, hlm.118
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2013) cet ke-24, hlm. 119
[5] Samsul Munir Amin, Sejarah peradaban islam (Jakarta : Amzah, 2014) cet ke-4 hlm. 228-230
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2013) cet ke-24, hlm. 120
[7] Ibid, hlm. 121
[8] Ibid, hlm. 121-122
[9] Ibid, hlm. 122
[10] Ibid, hlm. 123
[11] Ibid, hlm 123
[12] Ibid, hlm. 122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar