DINASTI TIMURIYYAH
Diajukan untuk
memenuhi tugas Sejarah Kebudayaan Islam
yang diampu oleh
Prof. Dr. H.
Budi Sulistiono, M. Hum
Disusun
oleh:
Siti Amalia
Fathan
NIM : 11150110000097
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
1437 H / 2016 M
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia terbaik,
penutup para nabi dan rasul, Muhammad Saw., juga kepada keluarga dan para
sahabatnya.
Sebagaimana
yang diketahui, makalah kali ini berjudul Dinasti Timuriyyah. Topik ini sangat menarik dibahas bersama, agar kita semua dapat mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam yang ada di kota Samarkand.
Dengan kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan, khususnya bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Ciputat, 20
September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………... 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………...…… 2
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Masalah …………………………………………………...… 3
b. Rumusan Masalah …………………………………………………………...… 3
BAB II : PEMBAHASAN
a. Sejarah
Berdirinya Dinasti Timuriyyah ………………………………..….… 4
b.
Wilayah Kekuasaan Dinasti
Timuriyyah …………………………………..…. 5
c.
Penyelenggaraan Pendidikan
pada masa Dinasti Timuriyyah …………...... 7
d.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh …………………………………………...… 8
e.
Peninggalan Dinasti
Timuriyyah ……………………………………………... 9
BAB III : PENUTUP
a.
Kesimpulan ……………………………………………………………………... 11
b.
Saran ………………………………………………………………………….….. 11
Daftar Pustaka …………………………………………………………………...… 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Setelah dinasti
Samaniah runtuh, Samarkand dan Bukhara jatuh ke tangan dinasti Saljuk pada
tahun 495 H. Akan tetapi, 40 tahun
kemudian tepatnya pada tahun 536 H, kota ini kembali direbut oleh dinasti
Khawarizmsyah yang menjadikan Bukhara sebagai pusatnya. Pada tahun 606 H, kota
ini diserbu oleh Jengis Khan selama beberapa bulan setelah ia menyebrangi
sungai Jihun. Bukhara, adalah kota Islam pertama yang oleh Jengis Khan.
Setahun kemudian,
kota Samarkand, setelah sebagian penduduk dibunuh dan sebagian bangunan
dihancurkan, penduduk yang lain di perkenankan tinggal disana di bawah
pemerintahan bangsa Mongol. Selama seratus lima puluh tahun, sejarah kota ini
sangat suram. Kebangkitan baru terjadi pada masa Timur Leng, pendiri dinasti
Timuriyyah. Ia menjadi penguasa tertinggi di Transoxania dan menjadikan
Samarkand pusat pemerintahannya.
Tidak hanya
sampai disitu, setelah berganti raja, kota Samarkand diperindah oleh Ulugh beg.
Ia adalah cucu dari Timur Leng, seorang raja yang alim dan lemah lembut. Ia
membuat banyak perubahan di kota Samarkand. Mulai dari pendidikannya,
bangunannya, dan menjadikannya sebuah peradaban yang indah dan megah.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Sejarah Berdirinya Dinsati
Timuriyyah
2.
Wilayah Kekuasaan Dinasti
Timuriyyah
3.
Penyelenggaraan Pendidikan
pada masa Dinasti Timuriyyah
4.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh
pada masa Timuriyyah
5.
Peninggalan Dinasti
Timuriyyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI TIMURIYYAH
Ketika umat Islam
sedang melakukan pembaruan di berbagai bidang akibat perang salib dan serbuan
Hulagu Khan, Timur Lenk hadir dengan serangan-serangan di kawasan Islam. Dunia
Islam kembali dilanda malapetaka kemanusiaan yang dahsyat dan mengerikan. Islam
yang dipeluk Timur Lenk belum mengubah karakternya sebagai tentara yang haus
darah. Timur Lenk dengan keserakahannya telah menghancurkan umat Islam,
termasuk saudara seketurunan mereka dari Dinasti Ilkha. Samarkand menjadi pusat
pemerintahan Timur Lenk dan titik tolak lanjut dalam menjalankan misinya.
Timur Lenk adalah
keturunan Karachar Noyan yang pernah menjadi menteri pada era Jagatai, putra
Jengis Khan. Ayahnya, bernama Taragai, adalah pimpinan suku Barlas yang ikut
mengembara bersama Jagatai hingga mendiami Samarkand. [1]
Dinasti Timuriyyah didirikan oleh Timur Leng, dia lahir di dekat Kesh (sekarang
Khakhrisyabz, Uzbekistan) sebelah selatan di Transoxiana, pada tanggal 8 April
1336 M/25 Sya’ban 736 H dan meninggal di Otrar pada tahun 1404 M.
Sejak usia muda,
keberanian dan ketangkasan Timur Leng sudah terlihat. Ia sering diberi tugas
untuk menjinakkan kuda-kuda liar. Menginjak usia 12, ia sudah terlibat dalam
banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan serta keberaniannya yang menjadikan
namanya dikenal di kalangan bangsanya.
Setelah ayahnya meninggal, sejarah kehebatan
Timur Lenk baru dimulai. Pasca Jagatai wafat, masing-masing pemimpin melepaskan
diri dari pemerintahan pusat. Pada saat itu, Timur Lenk mengabdi pada Gubernur
Transoxiana, Amir Qazaghan. Ketika Qazaghan meninggal dunia, Tughluq Khan
menyerbu dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan
untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Setelah melihat kehebatan Timur
dalam berperang, Tughluq Temur menawarkan jabatan gubernur di Samarkand, negeri
kelahirannya, dan tawaran tersebut diterima Timur Lenk. [2]
Setahun setelah Timur Lenk menjabat gubernur,
tepatnya tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat putranya, Ilyas Khoja menjadi
gubernur Samarkand. Sementara itu, Timur Lenk dijadikan wazir ( wakil) Ilyas
Khoja. Karena dipelakukan seperti itu, Timur Lenk menjadi murka dan bergabung
dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, untuk melakukan pemberontakan dan membunuh
Tughluq Temur dan Ilyas Khoja. [3]
Setelah berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan
Ilyas Khoja, keduanya dibinasakan dalam pertempuran itu. Ambisi untuk menjadi
raja besar muncul. Karena ambisi itulah, Timur berbalik melawan Amir Husain,
walaupun ia adalah iparnya sendiri. Dalam pertempuran keduanya, ia berhasil
mengalahkan Amir Husain dan membunuhnya di Balkh. Setelah itu, ia
memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut
Jagatai dan turunan Jengis Khan pada 10 April 1370 M.
Ia
mempunyai pandangan jika hanya satu Tuhan yang berkuasa di langit, maka dunia
pun hanya ada satu raja yang berkuasa, yaitu dirinya sendiri. Karena ambisinya
tersebut, ia berbalik membunuh Amir Husain di Balkh. Pada 10 April 1370, ia
menjadikan Samarkand sebagai ibukotanya, sehingga ia menjadi penerus dari
penguasa-penguasa Mongol, cabang Chaghatay di Transoxiana.[4]
Lama kelamaan, kekuatan Timur Lenk menjadi
kokoh. Ia mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa
besar dan berusaha menaklukan daerah-daerah yang pernah dikuasai Jengis Khan.
Sekalipun Timur Lenk adalah penguasa yang kejam dan ganas, sebagai seorang
muslim, Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Konon, ia adalah
penganut Syiah yang taat dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. [5]
Dalam pemerintahannya, Timur dibantu oleh
elit muslim setempat, termasuk Syaikh al-Islam (kepala dewan konsultan
Islam) di Samarkand dan kalangan sufi yang menjadi penasihat spritualnya. Timur
Leng juga mengangkat putra dan cucu-cucunya sebagai gubernur, tetapi dengan
penuh kewaspadaan, ia membatasi kekuassaan mereka dengan terus-menerus
mengadakan pergantian jabatan, melantik beberapa jenderal, dan pengumpul pajak
yang bertanggung jawab langsung kepadanya. Ia juga melantik wakil-wakil
pribadinya untuk mengawasi pemerintahan mereka.
B. WILAYAH KEKUASAAN DINASTI TIMURIYYAH
Periode
pemerintahan Timur Lenk banyak dihabiskan untuk menaklukan wilayah-wilayah yang
pernah dikuasai Jengis Khan. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil
menaklukan Jata dan Khawarizm. Setelah penaklukan tersebut, kekuasaan Timur
Lenk mulai kokoh dan ia berencana untuk mewujudkan ambisinya sebagai penguasa
besar. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukan Jata dan
Khawarizm dengan Sembilan ekspedisi.
Pada 1381 M, Timur Lenk menyerang dan berhasil
menaklukan Khurasan dan Herat. Ia juga melakukan serangan ke negeri-negeri lain
dan berhasil menduduki Afghanistan, Persia, Fars, dan Kurdistan. Di setiap negeri
yang ditaklukannya, Timur Lenk membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Tahun 1393 M, Timur Lenk berhasil
menghancurkan dinasti Muzharfari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih
hidup. Pada tahun yang sama, ia menjarah kota Baghdad dan setahun kemudian ia
berhasil menduduki Mesopotamia. [6]
Penguasa Baghdad
waktu itu, Sultan Ahmad Jalair lari ke
Syiria, kemudian dia dijadikan Vassal dari Sultan Mamluk yang berpusat di Mesir.
Sultan Barquq yang menjadi penguasa Mesir saat itu, tidak mau menyerahkan Ahmad
Jalair ke Timur Lenk. Perlu diketahui Sultan Barquq merupakan satu-satunya raja
yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukannya. Utusan-utusan Timur lenk yang
dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, dipermalukan (dicukur jenggotnya)
bahkan ada yang dibunuh.
Setelah gagal membunuh Ahmad Jalair, Timur Lenk
melanjutkan ekspansinya ke Asia kecil, menjarah kota Edessa, Takrit,
mardin, dan Amid. Sampai di Takrit, Kurdistan, ia membantai
penduduk dan mendirikan sebuah Pyramid dari kepala korban yang dibunuhnya. Tahun
1395 M, dia menjarah sampai Rusia dan lebih setahun di menduduki kota Moskow.
Tiga tahun kemudian, dia membawa 400.000 tentara untuk menaklukan India hingga
ke pusat pemerintahannya di Delhi. Alasan penyerbuannya ialah karena ia
menganggap penguasa-penguasa Muslim terlalu toleran kepada penganut agama
Hindu. Setelah itu,
Timur Lenk kembali ke Samarkand dengan membawa kekayaan yang berlipat. [7]
Dalam rangka
membangun masjid di Samarkand, ia menggunakan 90 ekor gajah untuk mengangkut
batu-batu besar tersebut dari Delhi ke Samarkand. Tahun 1401, Timur Lenk
beserta pasukannya masuk ke Syiria. Seluruh penduduk muslim di negeri itu
dibunuh dan kepalanya disusun menjadi piramida yang terdiri dari 20.000 kepala, tingginya 10 hasta, dan
kelilingnya 20 hasta. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal
dari zaman Nuruddin Zakki dan Ayyubi dihancurkan. Puncaknya pasukan sultan
Faraj dari Mamluk yang mempertahankan benteng di Damaskus, berhasil dikalahkan.
Dari pertempuran dahsyat itu, Masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat dan
hanya tinggal puing-puing.
Setelah berhasil
menaklukan Damaskus, ia membawa para seniman dan pekerja ahli ke Samarkand. Selanjutnya,
ia menyerang kota Baghdad, dan membantai 20.000 penduduk. Pembantaian ini
sebagai balasan terhadap tewasnya tentara-tentara saat mengepung Baghdad dulu.
Selain Dinasti Mamluk, Turki Utsmani juga dipandang sebagai musuh terberat
Timur Lenk, karena mereka menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan
dan Hulagu Khan.
Awal perseteruan
ini dipicu ketika Sultan Bayazid I berhasil merebut daerah-daerah yang sudah
ditaklukan Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk
sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk
memerangi tentara Bayazid I. Dalam pertempuran
Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada 21 Juli 1402, terjadi
pertempuran hebat di Ankara, dapat dikatakan pertempuran terbesar antar dua
dinasti ini. Pada pertempuran ini, Timur Lenk kembali menang, dan berhasil
menawan Sultan Bayazid I dan menahannya sampai meninggal. Setelah peperangan di
Ankara, Timur Lenk melanjutkan ekspansinya ke Bursa, ibu kota lama Turki, dan
Syria. [8]
Setelah berhasil
mengalahkan Turki Ustmani, Timur Lenk kembali ke Samarkand untuk melanjutkan
rencana ekspansi ke Cina. Mendengar negeri Cina sebagai target berikutnya, para
penguasa disana menjadi ketakutan. Namun ditengah perjalanan, tepatnya di
Otrar, Timur Lenk jatuh sakit. Pada akhirnya ia meninggal tahun 807 H/1404 M di
usia 71 tahun, jenazahnya dibawa ke Samarkand, untuk dimakamkan dengan upacara
kebesaran. Dia dimakamkan di Mausoleum Gus Amir. Dengan meninggalnya Timur
Lenk, maka rencana ekspansi ke Cina dibatalkan. [9]
C. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Di masa Syah Rukh, ia
tidak saja menghindarkan dinasti Timuriyyah dari perpecahan dan kebangkrutan
tapi juga berhasil meletakkan dasar pengembangan peri kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Herat, sebagai pusat pemerintahan, telah berkembang menjadi
pusat peradaban Islam. Ulama, seniman dan pedagang berdatangan untuk
mendapatkan perlindungan sehingga baik kegiatan ilmiah maupun ekonomi
berkembang dengan pesat.
Syah Rukh membangun
perpustakaan besar untuk mendorong kegiatan keilmuan. Padepokan tarekat,
khanqah (pesantren) juga didirikannya sejalan dengan perkembangan aliran
tarekat yang menjamur. Syah Rukh juga memberikan dukungan penuh kepada
Nidamuddin Syami, Syarafuddin, Ali Yazdi, Fasihi, Abdul Razak dan Samarkandi
untuk menulis karya monumental di bidang geografi. Dengan kerajaan tetangga,
Syakhrukh menjalin hubungan kerja sama yang baik. Pertukaran duta besar dengan
kemaharajaan China. Beberapa dinasti di India juga mengirimkan duta besarnya ke
Herat sebagai tanda pengakuan mereka terhadap kepemimpinan Syakhrukh.
Pengganti Syakhrukh yang
juga putranya sendiri, Ulugh Beg, lebih tertarik pada keilmuan seperti
astronomi dan keindahan kota. Sejak kecil sudah menguasai Qira’ah Sab’ah. Juga
ahli sastra hingga banyak sastrawan yang menjadi temannya. Ia juga menulis
sejarah buku penting tentang sejarah empat putra Jengis Khan. Di masanya,
Transoxiana menjadi pusat arsitektur, falsafah muslim dan kemajuan ilmu
pengetahuan, dan mendorong munculnya varian baru peradaban istana Iran-Islam.
Monumen-monumen besar dibangun di Samarqand, Bukhara, Herat dan Balkh, termasuk
kompleks makam Sah-i Zindah di Samarqand dan Mousoleum Gus Amir, yang terkenal
karena dekorasi tegel Turki yang berwarna biru dan kubah gorgorius-nya.
Dalam seni arsitektur
ia bangun masjid Muqatta’ dengan interior dan dekorasi khas Cina serta sebuah
perguruan tinggi dengan interior mosaik yang indah. Ia juga membangun sebuah
observatorium yang pernah di klaim sebagai observatorium termegah dalam dunia
Islam. Observatorium ini pula yang mampu dikembangkan Arab setelah pertengahan
abad ke-13. Ketekunannya bersama ahli astronomi lain menghasilkan manual
perhitungan perbintangan. Karya Ulugh Beg ini mendapatkan penghargaan yang luas
di kalangan ilmuwan Eropa selama beberapa abad.
Observatorium ini pula
yang membawa kemajuan ilmu perbintangan dalam berperan dalam penyusunan kembali
sistem penanggalan, sekarang observatorium ini telah musnah. Di masa Ahmad yang
cukup lama (1469 – 1494), Samarkand relatif damai. Berbagai bangunan indah
didirikan. Ulama dan seniman dari berbagai penjuru berdatangan, sehinga
dinamika ilmu pengetahuan dan kesenian tumbuh subur.
Observatorium
ini pula yang membawa kemajuan ilmu perbintangan dalam berperan dalam
penyusunan kembali sistem penanggalan, sekarang observatorium ini telah musnah.
Ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya juga mengalami kemajuan. Yang paling
menonjol adalah kemjauan di bidang seni lukis dan kaligrafi. Berkat karya
sastra antara lain Bihzad dan Syah Mudaffar, Dinasti Timuriyyah menawarkan
trend baru di bidang seni lukis yang kemudian di sebut “Madzab Bihzad”, yang
menawarkan harmoni lukisan pada totalitas dengan variasi bidang yang mencolok
dan penggunaan warna yang tajam dan rumit.
D. TOKOH-TOKOH YANG BERPENGARUH
Dinasti
Timuriyyah didirikan oleh Timur Lenk. Dia melakukan banyak ekspansi ke beberapa
negara untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Setelah ia wafat, dua putranya,
Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Dalam
pertempuran itu, Khalil keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup
berfoya-foya dengan kekuasaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu, saudaranya
yang lain Syah Rukh merebut kekuasaan darinya.[10]
Syah Rukh
berusaha mengembalikan kewibawaan kerajaan. Ia adalah seorang raja yang alim
dan lemah lembut. Setelha wafat, ia digantikan oleh anaknya, Ulugh Begh,
seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak
lama. Dua tahun setelah ia berkuasa, ia dibunuh oleh anaknya yang haus
kekuasaan, Abdul Latif.
Raja besar
terakhir dari Dinasti Timuriyyah ini adalah Abu Said. Pada masa inilah kerajaan
mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku
Turki yang baru muncul ke permukaan. Yaitu Kara Konyulu (domba hitam) dan Ak
Konyulu (domba putih). Abu Said sendiri mati terbunuh ketika bertempur melawan
Uzun Hasan, penguasa Ak Konyulu.[11]
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Dinasti Timuriyyah dan diganti dengan
kekuasaan orang-orang Turki.
E. PENINGGALAN DINASTI TIMURIYYAH
Meskipun Timur
Lenk dikenal sebagai penguasa yang kejam terhadap penentangnya, sebagai seorang
muslim, Timur Lenk sangat memperhatikan usaha-usaha untuk pengembangan Islam.
Menurut riwayat, ia adalah penganut Syi’ah yang taat dan menyukai tarekat
Naqshabandiyah. Dalam perjalanannya ia
turut membawa ulama-ulama, sastrawan dan seniman.
Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian
utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, yaitu Ibnu Khaldun yang
diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. kemajuan yang dicapai oleh
Timur Lenk, antara lain:
1. Kota
Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan
indah.
2. Kota
Samarkand dijadikan pusat internasional dan mengambil alih kedudukan kota
Baghdad dan Tabriz sebagai pusat internasional.
3. Mendatangkan
tukang-tukang yang ahli, seniman ulung, pekerja yang pandai dan perancang
bangunan dan negeri-negeri taklukannya untuk memajukan perk Islam.
4. Meningkatkan perdagangan dan industri di
negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan
Persia Timur.
5. Ia berusaha mengatur administrasi
pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang
menyebarkan Islam. [12]
Peninggalan Dinasti Timurid tersebar di
Samarkand. Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur yang begitu Islami dengan
megahnya menghiasi kota itu. Mereka menjadi saksi kejayaan Islam di masa
lampau. Sebagai simbol kejayaan yang luar biasa bisa terlihat dari Masjid
Kalon, Samarkand. Lihatlah Registan Square, sebuah pusat kota tradisional yang
tak henti mengundang decak kagum. Di tempat itu terdapat tiga bangunan yang
menjadi peninggalan Ulugh Beg yakni, Madrasah Ulugh Beg, Sherdor, dan Tilla
Kari. Madrasah itu adalah perguruan tinggi zaman dulu. Tempat bersejarah lainnya ialah menara yang menjulang tinggi di langit
Samarkand.
Registan Square,
Samarkand
Madrasah Ulugh Begh, Samarkand Mausoleum
Gus Amir
Masjid Kalon Rincian menara di Samarkand
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Timur Lenk adalah
keturunan Karachar Noyan yang pernah menjadi menteri pada era Jagatai, putra
Jengis Khan. Ayahnya, bernama Taragai, adalah pimpinan suku Barlas yang ikut
mengembara bersama Jagatai hingga mendiami Samarkand. Dinasti Timuriyyah
didirikan oleh Timur Leng, dia lahir di dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz,
Uzbekistan) sebelah selatan di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25
Sya’ban 736 H dan meninggal dalam perjalanan menuju Cina, tepatnya di Otrar,
pada tahun 1404 M.
Sejak usia muda,
keberanian dan ketangkasan Timur Leng sudah terlihat. Menginjak usia 12, ia
sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan serta keberaniannya.
Tetapi sejarah kehebatannya baru dimulai setelah ayahnya wafat. Ketika
Samarkand diserang, Timur tidak tinggal diam, dia menunjukkan kehebatannya
dalam militer. Setelah itu ia ditunjuk oleh Tughlug Temur untuk menjadi
gubernur di Samarkand.
Tepat setahun,
dia digantikan oleh Ilyas Khoja. Timur tidak rela, kemudian ia berkomplot
dengan Husain untuk membunuh Ilyas Khoja dan juga Tughlug Temur. Dari itu,
timbul niat untuk menjadi penguasa, ia berpandangan jika hanya ada satu Tuhan
yang berkuasa, maka hanya ada satu raja di dunia yang berkuasa, yaitu dirinya.
Timur Lenk mulai
melakukan ekspansi (perluasan wilayah) ke berbagai daerah untuk mewujudkan
niatnya tersebut. Dia tidak segan membunuh dan membantai habis-habisan penduduk
yang tidak mau patuh kepadanya. Dia juga membuat menara yang terdiri dari
kepala korbannya yang melawan itu sebagai tanda kemenangan atas dirinya.
B.
SARAN
Puji syukur
kepada Allah swt., dan baginda Nabi Muhammad saw., atas selesainya makalah ini.
Penyusun sadar masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Baik itu
dari segi pengetikan, bahasa, dan sumber yang dipakai. Maka dari itu, penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri ,Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam. Fajar
Media Press, Yogyakarta . cet ke-1, 2011
Ibrahim, A. Qasim dan Muhammad A. Saleh. Buku
Pintar Sejarah Islam. Zaman, Jakarta. cet ke-2, 2014
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. PT
Rajagrafindo Persada, Depok. cet ke-24, 2013
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Amzah, Jakarta.
cet ke-4, 2014
[1] Syamsul Bahri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta : Fajar
Media Press, 2011) cet ke-1, hlm. 126
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Depok : PT Rajagrafindo
Persada, 2013) cet ke-24, hlm. 119
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Depok : PT Rajagrafindo
Persada, 2013) cet ke-24, hlm. 120
Tidak ada komentar:
Posting Komentar