Rasm Utsmani
Diajukan
untuk memenuhi tugas Ulum Al-Quran yang diampu oleh
Abdul
Ghafur, MA
Kelompok 9
Nur Azizah (11140110000048)
Ilyas Fadhilah (11150110000090)
Siti
Amalia Fathan (11150110000097)
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
1437 H / 2016 M
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
Sebagaimana yang diketahui, makalah kami kali ini berjudul Rasm Utsmani.
Topik ini menarik sekali untuk dibahas bersama guna mengupas lebih dalam lagi ilmu-ilmu
Al-Quran, sehingga kita bisa lebih memahami dan .
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan, khususnya bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................................... 3
B.
Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
BAB II ISI
A.
Pengertian Rasm Utsmani .................................................................................. 4
B.
Perbedaan Sab'atu Ahruf dan Qira'ah Tujuh .......................................................... 4
C.
Enam kaidah Rasm Utsmani .................................................................................. 5
D.
Enam buah mushaf Utsmani yang masyhur .......................................................... 6
E.
Tokoh-tokoh yang meriwayatkan rasm Utsmani dari berbagai negara .......... 6
F.
Faidah Rasm Utsmani .............................................................................................. 7
G.
Hukum dan Kedudukan Rasm Utsmani .......................................................... 7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penulisan Al-Qur’an atau disebut dengan Rasm
Utsmani, penulisan Rasm Utsmani tidak luput dari tindakan mulia Utsman bin Affan, dan para
sahabat-sahabat Rasulullah saw. lainnya. Dalam proses penulisan Al-Qur’an, inisiatif Utsman
untuk menyatukan penulisan Al-Qur’an tanpaknya sangat beralasan, betapa tidak,
menurut beberapa riwayat, perbedaan cara membaca Al-Qur’an pada saat itu sudah
berada pada titik yang menyebabkan umat islam saling menyalahkan dan mengalami perselisihan. Ada juga yang
berpendapat bahwa pada masa khalifah Utsman, seorang guru mengajarkan qira’at tertentu, sedangkan tokoh lainnya mengajarkan
tokoh lainnya. Dalam penulisan Alquran, terdapat pula pengertian mengenai sab’atu
ahruf, qira'ah tujuh, mushaf-mushaf pada masa Utsman dan sebagainya yang akan
di bahas oleh makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian Rasm Utsmani
2.
Perbedaan Sab'atu Ahruf dan Qira'ah Tujuh
3.
Enam kaidah Rasm Utsmani
4.
Enam buah mushaf Utsmani yang masyhur
5.
Tokoh-tokoh yang meriwayatkan rasm Utsmani dari berbagai negara
6.
Faidah Rasm Utsmani
7.
Hukum dan Kedudukan Rasm Utsmani
BAB II
ISI
A.
Pengertian Rasm Utsmani
Rasm Utsmani atau Rasm al-Mushaf ialah ketentuan atau pola yang
digunakan Utsman ibn Affan bersama sahabat-sahabat lainnya dalam penulisan
al-Quran, berkaitan dengan susunan huruf-hurufnnya, yang terdapat dalam
mushaf-mushaf yang dikirim ke berbagai daerah dan kota, serta mushaf al-Imam
yang berada di tangan Utsman ibn Affan sendiri.
Pada dasarnya, dalam penulisan bahasa arab apa yang tertulis harus
sesuai dengan apa yang tertulis harus sesuai dengan apa yang diucapkan, tanpa
ada penambahan atau pengurangan sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah
ditetapkan oleh para pakar dalam bidang ini. Akan tetapi, pola penulisan
al-Quran dalam mushaf Utsmani terdapat beberapa penyimpangan dari pola
penulisan bahasa arab secara konvensional.[1]
B.
Perbedaan Sab'atu Ahruf dan Qira'ah Tujuh
Qira’ah sab’ah disebut juga Qira’ah tujuh, kata
sab’ah itu sendiri itu maksudnya adalah imam-imam qira’at yang tujuh. Mereka
adalah:
1. Abdullah bin
Katsir Ad-Dari dari mekah (w 120 H).
2. Nafi’ bin Abdul
Ar-Rahman bin Abu Na’im dari Madinah (w 169 H).
3. Abdullah
Al-Yashibi, yang terkenal dengan sebutan Abu ‘Amir Al-Dimasyqi dari Syam (w 118
H).
4. Abu Amr dari
Basrah, nama lengkap Abu Amr adalah Zabban bin Al-‘Ala bin Amar (w 154 H).
5. Ya’kub berasal
dari Basrah, nama lengkapnya adalah Ibnu Ishak Hadhrami( w 205 H).
6. Hamzah, nama
lengkap Hamzah adalah Ibnu Habib Az-Zayyat (w 188 H).
7. ‘Ashim, nama
lengkap ‘Asyim adalah Ibnu Abi A n-Najud
Al-Asadi (w 127 H).
Dengan demikian, qira’ah sab’ah adalah qira’at
yang berasal dari ketujuh imam qiraat tersebut.[2]
Dalam satu riwayat, Nabi saw. bersabda:
“sesungguhnya Al-Qur’an ini telah diturunkan
dalam tujuh huruf, maka bacalah olehmu mana yang mudah dari padanya”
Sab’atu Ahruf adalah
tujuh wajah/bentuk. Maksudnya keseluruhan Al-Quran dari awal sampai akhir tidak
akan keluar dari tujuh wajah perbedaan berikut:
1. Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’).
2. Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr).
3. Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam).
4. Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah) .
5. Perbedaan bentuk Taqdim dan Ta’khir (mendahulukan dan mengemudiankan).
6. Perbedaan bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata) .
7. Perbedaan bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Imalah, Taqlil, Idgham,
Izhar, dan lain-lain.
C.
Enam kaidah Rasm Utsmani
Kaidah ini teringkas
dalam enam kaidah:
1.
Al–Hadzf (membuang, menghilangkan, atau
meniadakan huruf). Contohnya, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’ (يَآَ يها النا س ).
2.
Al-Ziyadah (penambahan), seperti menambahkan
huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jama’ (بنوا اسرا ئيل) dan menambah alif setelah
hamzah marsumah (hamzah yang terletak di atas lukisan wawu ( تالله تفتؤا).
3.
Al-Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa
apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang
sebelumnya, contoh (ائذن ).
4.
Badal (penggantian), seperti alif
ditulis dengan wawu sebagai penghormatan pada kata (الصلوة).
5.
Washal dan fashl (penyambungan
dan pemisahan), seperti kata kul yang diiringi dengan kata ma ditulis dengan
disambung ( كلما).
6.
Kata yang dapat di baca dua
bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua bunyi, penulisanya disesuaikan dengan
salah salah satu bunyinya. Di dalam mushaf ustmani, penulisan kata semacam itu
ditulis dengan menghilangkan alif, contohnya, (ملك يوم الدين). Ayat ini boleh dibaca dengan
menetapkan alif (yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya menurut bunyi
harakat (yakni dibaca satu alif).
D.
Enam buah mushaf Utsmani yang masyhur
Telah terjadi
perbedaan pendapat ulama mengenai jumlah mushaf yang ditulis pada masa Utsman
dan disebarluaskan olehnya ke berbagai negeri. Satu pendapat mengatakan bahwa
mushaf yang disebarkan berjumlah 6 buah, dan pendapat lain mengatakan jumlahnya
lebih banyak dari itu. Al-Qurthubi mengatakan di dalam tafsirnya bahwa menurut
satu pendapat, mushaf tersebut berjumlah tujuh buah, dan pendapat lain
mengatakan berjumlah empat buah. Ini adalah pendapat mayoritas, dan Utsman
menyebarkannya ke berbagai pelosok. Dia mengirimkan masternya (ummahat) ke
Irak, Syam, dan Mesir, kemudian diambil oleh para qari pelosok negeri sesuai
dengan pilihan dan kesepakatan mereka, tanpa ada yang membantah mushaf tersebut
sebagaimana adanya yang sampai kepada mereka. Adapun 6 buah mushaf Utsmani yang
mashur yakni mushaf
Bashriy, mushaf Syamiy, mushaf Kuffy, dan mushaf
madaniy. [3]
E.
Tokoh-tokoh yang meriwayatkan rasm Utsmani dari berbagai negara
Di zaman
sahabat, para qari dan huffaz yang terkenal adalah Utsman bi Affan, Ali bin Abi
Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bi Tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu Darda‘, dan Abu Musa
Al Asy’ari. Merekalah yang dikirim leh khalifah Utsman ke wilayah Islam bersama
mashaf Utsmani yang telah disediakan.
Dari hasil
didikan generasi tabi’in, maka semakin banyak orang yang cendrung dan berminat
tentang ilmu qira’at. Banyak diantara mereka yang memusatkan perhatian terhadap
ilmu qira’at, sehingga di beberapa kota besar terdapat pula pakar-pakar qira’at
dari generasi ini. Seperti d Mekah terdapat Imam Ibnu Katsir, yang menjadi
salah satu imam qiraat. Hami bin Qa’is Al-A’raj dan Muhammad bin Muhaisin. Di
Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Jafar Yazin bin Ya’kub, Syaibah bin
An-Nasah dan Wafi’ bin Nu’if (Salah seorang Imam Qira’at). Dikufah nama-nama
yang termasyur adalh Yahya bin Wathab, ‘Asim bin ABI Nujdud, Hamzah dan Kisa’i.
Tiga nama yang terakhir itu termasuk imam qira’at yang tujuh. Mana kala para
qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin Abu Ishak, Isa bin Umar, Abu
Amir bin Al-a’la (salah seorang imam qiraat), Atiyah bin Qais Al-Qilabi, Ismail
bin Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Haris dan Syuraikh bin Yazid Al-Hadrami.
F.
Faidah Rasm Utsmani
Sebagian
ulama menjelaskan, bahwa penulisan al-Quran dengan mengikuti atau berpedoman
kepada Rasm Utsmani memiliki beberapa faidah sebagai berikut:
1.
Memelihara dan melestarikan penulisan al-Quran sesuai dengan pola
penulisan al-Quran pada awal penulisan al-Quran pada awal penulisan dan
pembukuannya.
2.
Memberi kemungkinan pada lafaz yang sama untuk dibaca dengan versi qira'at
yang berbeda.
3.
Kemungkinan dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi,
dalam ayat-ayat tertentu yang penulisannya menyalahi Rasm Utsmani.
4.
Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian harakat suatu lafaz. [4]
G.
Hukum dan Kedudukan Rasm Utsmani
Para
ulama berbeda pendapat dalam hukum penulisan al-Quran dengan Rasm Utsmani,
berikut ini kami kemukakan beberapa pendapat para ulama mengenai hal ini:
1.
Para ulama yang mengakui bahwa Rasm Utsmani itu bersifat tawqifi
berpendapat, wajib kita mengikuti Rasm Imla'i dalam penulisan al-Quran,
tidak boleh menyalahkannya.
2.
Para ulama yang tidak mengakui bahwa Rasm Utsmani itu bersifat tawqifi
berpendapat, tidak mesti kita mengikuti Rasm Utsmani dalam penulisan
al-Quran. Dengan kata lain, dibolehkan kita menulisnya dengan Rasm Utsmani.
3.
Sebagian ulama berpendapat, boleh mengikuti Rasm Imla'i dalalm
penulilsan al-Quran yang diperuntukkan bagi orang-orang awam, dan tidak boleh
menulisnya dengan Rasm Utsmani. Namun demikian, penulisan al-Quran dengan Rasm
Utsmani pun wajib dipelihara dan dilestarikan sebagai warisan yang berharga. [5]
Mengenai kedudukan Rasm Utsmani, Hasanuddin menyimpulkan bahwa
penulisan al-Quran dalam mushaf Utsmani hanyalah merupakan hasil kesepakatan
para sahabat Nabi saw. atas dasar ijtihad mereka, bukan atas petunjuk dari Nabi
saw. dengan alasan dan pertimbangan sebagai berikut:
1.
Nabi Muhammad saw. adalah seorang ummi, tidak bisa membaca
dan menulis. Dengan demikian, Nabi saw. tidak mungkin meng-imla'-kan
kepada para juru tulis wahyu dengn pola tertentu mengenai penulisan al-Quran.
Selain itu, kalau memang Nabi saw. memberikan petunjuk kepada para juru tulis
wahyu agar menulisnya dengan Rasm Utsmani, tentu terdapat keterangan mengenai
hal ini yang diriwayatkan secara mutawwatir. Namun nyatanya keterangan mengenai
hal ini tidak ada.
2.
Seandainya Rasm Utsmani itu bersifat taufiqi berdasarkan petunjuk dari Nabi saw. kenapa
istilah yang digunakan dalam hal ini adalah, Rasm Utsmani dan bukan Rasm
Nabawi. [6]
BAB III
KESIMPULAN
Rasm Utsmani atau Rasm al-Mushaf ialah ketentuan atau pola yang
digunakan Utsman ibn Affan bersama sahabat-sahabat lainnya dalam penulisan
al-Quran, berkaitan dengan susunan huruf-hurufnnya. Sab’atu Ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya keseluruhan Al-Quran
dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari tujuh wajah perbedaan berikut: Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’) Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr). Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam). Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah) . Perbedaan bentuk Taqdim dan Ta’khir (mendahulukan dan mengemudiankan). Perbedaan bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata) . Perbedaan bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Imalah, Taqlil, Idgham,
Izhar, dan lain-lain.
Enam kaidah dalam Rasm Utsmani adalah Al–Hadzf, Al-Ziyadah, Al-Hamzah, Badal, Washal, dan kata yang dapat di baca dua
bunyi. Mushaf Utsmani
yang termasyhur mushaf Kuffiy, mushaf Bashriy, mushaf Syamiy, mushaf Kuffy, dan
mushaf madaniy. Mengenai hukum dan kedudukan Rasm Utsmani, banyak ulama
yang berbeda pendapat, ada sebagian ulama yang menyetujti penulisan al-Quran
dengan Rasm Utsmani, dan ada juga yang tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanudin, Perbedaan Qira'at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath
Hukum dalam al-Quran. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. 1995.
Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an. CV. Pustaka Setia,
Bandung. 2003.
Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim. CV
Pustaka Setia, Bandung. 2002.
[1] Hasanudin, Perbedaan
Qira'at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam al-Quran (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 79
[4] Hasanudin, Perbedaan
Qira'at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam al-Quran (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 92
[5] Ibid, hlm
88-90
[6] Hasanudin, Perbedaan
Qira'at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam al-Quran (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar