A.
Pengertian Isra’
Mi’raj dan Hikmahnya
a. Pengertian Isra dan Mi’raj
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari
perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian
ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada
peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari
semalam. Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah
sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama,
Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun
620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27
Rajab tahun ke-10 kenabian.
Namun demikian, Syaikh
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena
Khadijah r.a
meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan
Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri
menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada
satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan
tanggal terjadinya Isra Mi’raj.
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam
2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil
Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke
langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini
Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima
waktu.Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga,
karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang
mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu,
peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah
SAW sedih.
b. Hikmah Isra Mi’raj Nabi Besar
Muhammad SAW
1.
Perintah
sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi
ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri
dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya.
2.
Isra
Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga,
perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang
rendah menuju langit yang tinggi.
3.
Merupakan salah satu momen penting dari
peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT.
Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth
thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah
milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu
warahmatullahi wabarakaatuh”.Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak
mengumandangkan dua kalimah syahadat.dan kemudian
kedua kalimat ini di masukkan dalam bacaan shalat.
4.
Adanya penderitaan dalam perjuangan
yang disikapi dengan kesabaran yang dalam.
5.
Kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan
Isra Mi’raj dan perintah shalat.
6.
Shalat menjadi senjata bagi
Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan.
B. Pengertian Turunnya Dajjal dan Hikmahnya
a.
Pengertian Dajjal
Dajjal berasal dari kata dajjala
artinya menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul arab mengemukakan beberapa pendapat
mengapa disebut dajjal. Menurut salah satu pendapat ia disebut dajjal karena ia
adalah pembohong yamg menutupi kebenaran dengan kepalsuan.
Dalam Menurut sebuah hadits, dajjal
di gambarkan sebagai laki-laki berbadan besar, berkulit merah, pendek,
berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, matanya yang sebelah kanan
buta dan matanya ini tidak menonjol juga tidak tenggelam seperti buah anggur
yang masak dan mata sebelah kirinya di tumbuhi daging tebal pada sudutnya.
Diantara kedua matanya terdapat tulisan huruf kaf,fa,ro, secara
terpisah atau tulisan kafir
secara berangkai ia juga mandul (tidak memilik anak).
Dajjal
juga disebut dengan nama Al Masih
karena salah satu matanya terusap/tertutup (artinya: buta sebelah). Disebutkan
pula bahwa ia dinamakan Al Masih karena dia mengusap/melewati bumi selama empat
puluh hari. Al Masih sendiri kadang ditujukan pada orang yang shidiq (jujur)
yaitu‘Isa AS dan kadang pula Al Masih dimaksudkan untuk orang yang sesat lagi
dusta yaitu Dajjal yang matanya buta sebelah. Keluarnya Dajjal merupakan di antara tanda datangnya
kiamat. Fitnah (cobaan) yang ditimbulkan oleh Dajjal adalah seberat-beratnya
ujian yang akan dihadapi manusia.
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan,
مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ خَلْقٌ
أَكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ
Artinya : "Tidak ada satu pun makhluk sejak Adam
diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya (cobaannya) lebih besar dari
Dajjal." (HR. Muslim no. 2946)
An Nawawi rahimahullah menerangkan, “Yang dimaksud di sini
adalah tidak ada fitnah dan masalah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal.” Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata, Rasulullah SAW berdiri
di hadapan manusia lalu memuji Allah SWT karena memang Dialah satu-satunya yang
berhak atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal. Beliau bersabda,
إِنِّى
لأُنْذِرُكُمُوهُ ، وَمَا مِنْ نَبِىٍّ إِلاَّ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ ، لَقَدْ
أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ ، وَلَكِنِّى أَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ
نَبِىٌّ لِقَوْمِهِ ، تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ ، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
Artinya : "Aku
akan menceritakannya kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan
telah menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh ‘alaihis
salam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian
tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya,
yaitu Dajjal itu buta
sebelah matanya sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta". (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Hikmah diturunkan dajjal
1. Memperingatkan
manusia agar selalu berbuat baik dan meninggalkan kemungkaran.
2. Menambah keimanan bagi manusia
bahwa hari kiamat itu pasti ada.
3. Mengingatkan kepada manusia
bahwa ciri-ciri dajjal itu bermata satu /juling /buta sebelah.
4. Keluarnya dajjal merupakan
tanda-tanda datangnya kiamat. Fitnah (cobaan) yang ditimbulkan oleh dajjal
adalah seberat beratnya ujian yang akan dihadapi manusia.
5. Mengingatkan manusia untuk
selalu mawas diri, berusaha melawan dajjal dengan berperilaku sebagaimana
akhlak seorang muslim/muslimah.
C. Pengertian
Turunnya Nabi Isa as dan Hikmahnya
a. Pengertian Turunnya Nabi Isa as
Kehadiran 'Isa al-Masih pada periode akhir jaman bisa merupakan satu makna
figuratif atau kiasan dari pemahaman dan kesadaran manusia terhadap ajaran 'Isa
al-Masih yang hakiki, pengajaran yang tidak pernah menyimpang dari hukum
Nabi-nabi sebelumnya dan mempunyai satu relevansi yang erat sekali terhadap
pengajaran Nabi Muhammad Saw yang datang setelah berakhirnya masa kenabian 'Isa
al-Masih kepada Bani Israil sekitar 600 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad
SAW.
b.
Hikmah
Diturunkannya Nabi Isa as
Peristiwa besar turunnya Isa ke bumi memiliki
hikmah yang amat besar. Di antaranya adalah:
1.
Membantah klaim Yahudi bahwa
merekalah yang membunuh Isa, menyalibnya, dan anggapan bahwa yang disalib
adalah orang terlaknat.
2. Kenyataan justru
membuktikan bahwa Nabi Isa-lah yang membunuh Yahudi sekaligus pemimpin mereka
yakni Dajjal.
3.
Beliau turun tidak membawa agama baru,
karena Islam adalah agama paling akhir dan tidak ada Nabi setelah Muhammad saw.
Nabi Isa turun untuk menjadi pengikut umat Muhammad saw, menjadi hakim
(pemimpin) yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, memberlakukan upeti
(jizyah) terhadap non-muslim,dan meluruskan umat untuk kembali kepada
ajaran-ajaran Islam.
D.
Pengertian
Turunnya Ya’juj dan Ma’juj dan
Hikmahnya
a.
Pengertian
Ya’juj dan Ma’juj
Saat menjelang wafat, Nabi Nuh a.s memanggil
anak-anaknya untuk menghadap beliau. Maka Sam a.s segera datang menemuinya,
namun kedua saudaranya tidak muncul yaitu Ham dan Yafits. Akibat dari
ketidakpatuhan Ham dan Yafits, Allah kemudian menurunkan ganjaran kepada
mereka. Yafits yang tidak datang karena lebih memilih berdua dengan istrinya, kemudian
melahirkan anak bernama Sannaf. Kelak kemudian Sannaf menurunkan anak yang
ganjil. Ketika dilahirkan, keluar sekaligus anak-anak dalam wujud kurang
sempurna. Selain itu ukuran besar dan bobot masing-masing juga berbeda, ada
yang fisiknya besar sedangkan lainnya kecil. Untuk selanjutnya yang besar
kemudian terus tumbuh hingga melebihi ukuran
normal (raksasa), sebaliknya yang bertubuh kecil terus kecil seperti liliput. Mereka
kemudian dikenal sebagai Ya’juj dan Ma’juj.
Selain
wujudnya yang ganjil, Ya’juj dan Ma’juj mempunyai nafsu makan yang melebihi
normal. Padahal bilamana mereka makan tumbuhan tertentu maka tumbuhan itu akan
berhenti tumbuh sampai kemudian mati. Demikian pula bila minum air dari suatu
tempat maka airnya tidak akan bertambah lagi. Sehingga banyak sumber-sumber air
dan sungai menjadi kering karenanya. Masyarakat di sekitar mereka pun harus
menanggung dampaknya yaitu krisis pangan dan air. Karena
interaksi sosial yang tidak kondusif akibat masalah yang dibawa oleh Ya’juj dan
Ma’juj ini maka mereka kemudian cenderung mengisolasi diri di suatu celah
gunung di tengah-tengah komunitas induk bangsa-bangsa keturunan Yafits lainnya.
Namun bilamana mereka membutuhkan
makan dan minum, akan keluar secara serentak bersama-sama ke daerah-daerah
sekitarnya yang masih belum tersentuh oleh mereka sebelumnya.
Pada masa itu,
Allah SWT mengutus salah satu hambaNya yang berkulit kehitaman dengan dua
benjolan kecil di kedua sisi keningnya yang sebenarnya lebih sering tak tampak
karena tertutupi oleh surbannya yaitu Nabi Dzul Qarnain a.s (QS 18:93) untuk
menghadang laju Ya’juj dan Ma’juj. Allah SWT juga mewahyukan kepada Nabi Dzul
Qarnain a.s bahwa dinding itu akan terjaga dan baru akan terbuka bila saatnya
tiba yaitu kelak menjelang datangnya Hari Kiamat (QS 18:98). Kemudian Allah
menjadikan gaib (tidak terlihat) lokasi dinding tersebut.
Ya’juj dan
Ma’juj yang telah terkurung terus berupaya membuka dinding logam tersebut
dengan segala cara, bahkan dengan menjilatinya karena mereka tahu bahwa benda
apapun yang mereka sentuh dengan mulutnya akan berhenti tumbuh/bertambah,
kering atau tergerus. Cara ini mampu membuat bagian-bagian
dinding yang mereka sentuh menjadi tipis. Namun setiap kali akan berlubang,
Allah mengembalikan lagi kondisinya seperti semula. Untuk bertahan hidup selama
terkurung di balik dinding, Allah menumbuhkan sejenis lumut, sebagai
satu-satunya tumbuhan yang dapat terus tumbuh dan justru makin bertambah banyak
setiap kali dimakan oleh masyarakat Ya’juj dan Ma’juj.
Kelak
menjelang Kiamat, salah seorang pemimpin mereka mengatakan kata kunci
“InsyaAllah” maka kemudian terbukalah dinding tersebut sekaligus kegaibannya dari
penglihatan masyarakat luar sebelumnya. Dan Kaum Ya’juj dan Ma’juj yang selama
ribuan tahun terkurung telah berkembang pesat jumlahnya akan turun bagaikan air
bah (QS 21:96) memuaskan nafsu makan dan minumnya di segala tempat yang dapat
mereka jangkau di bumi. Masyarakat muslim termasuk Nabi Isa a.s yang telah
terpojok di sebuah gunung (tur) lalu bersama-sama berdoa kepada Allah agar
terhindar dari masalah akibat perbuatan Ya’juj dan Ma’juj. Kemudian Allah SWT
memerintahkan ulat-ulat yang tiba-tiba menembus keluar dari tengkuk Ya’juj dan
Ma’juj yang langsung mengakibatkan kematian mereka secara serentak.
E. Turunnya Imam Mahdi dan Hikmahnya
"Tidak akan terjadi hari kiamat
sehingga matahari terbit dari arah barat. Maka apabila matahari sudah terbit
dari arah barat, lalu para manusia pun
akan beriman seluruhnya. Tetapi kelakuan mereka yang demikian pada waktu itu
sudah tidak berguna lagi, keimanan seseorang yang belum pernah beriman sebelum
peristiwa tersebut atau memang belum pernah berbuat kebaikan dengan keimanan
yang sudah dimilikinya itu."(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah)
Hadist diatas, menceritakan salah
satu tanda-tanda dari sudah mendekatnya hari kiamah, hari dimana pengadilan
Allah akan segera berlaku bagi para makhluk-Nya. Hari dimana semua makhluk
bernyawa akan diminta pertanggungan jawab atas seluruh perbuatan yang pernah
dilakukan selama hidupnya.
"al-Mahdi
akan muncul dari ummatku, Tuhan akan menurunkan hujan untuk manusia, ummat akan
merasa senang, ternak hidup (dengan aman), dan bumi menumbuhkan
tumbuh-tumbuhannya dan harta akan diberikan dengan merata." (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dan al-Hakim dari Abu Sa'id r.a)
Kata al-Mahdi sering dipasangkan oleh orang dengan perkataan
Imam yang berarti Pemimpin, jadi bila disebut sebagai Imam al-Mahdi (baca: Imam
Mahdi) maka berarti orang atau pemimpin yang telah mendapat hidayah atau
petunjuk dari Allah. Dengan
demikian bisalah kita tarik garis lurus pengertian ini dengan kriteria apa yang
disebut al-Qur'an terhadap orang yang telah mendapatkan petunjuk Allah. Siapapun
bisa menjadi al-Mahdi, Karena petunjuk dan bimbingan dari Allah itu bisa ada
pada manusia manapun diantara hamba-hambaNya yang dikehendaki oleh Allah
sendiri tanpa mesti terikat dengan satu individu tertentu.
Begitupun Nabi Muhammad Saw sendiri
pernah bersabda :
"Ambillah hikmah dan jangan merisaukan kamu darimana hikmah itu keluar."
"Ambillah hikmah dan jangan merisaukan kamu darimana hikmah itu keluar."
Jadi bisa saja seorang yang kafir
mendapatkan bimbingan oleh Allah dalam hal ilmu duniawi, akan tetapi dia hampa
dari bimbingan Allah untuk ilmu akhirat. Sebaliknya melalui tangan-tangan
orang-orang kafir inilah Allah membuktikan kebesaran-Nya sekaligus mengajarkan
kepada kaum Muslimin atas kebenaran risalah Rasul-Nya.
Nabi
Muhammad Saw memberikan tamsilan bahwa pada masa itu manusia akan keluar dari
arah timur, yaitu dari arah umumnya matahari terbit setiap harinya kemudian
menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi yang memiliki pengertian tenggelamnya
cendikiawan-cendikiawan Muslim dari asal kelahiran Islam kedalam perpecahan dan
kebodohannya telah menghantarkan kemegahan dan kebenaran risalah Allah kepada
orang-orang Barat.
Mahdi Menurut Bahasa
Mahdi artinya penunjuk jalan; pemimpin. Imam
Mahdi adalah pemimpin (yang dianggap suci) yang akan datang ke dunia apabila
hari kiamat hampir tiba.
Mahdi dari bahasa Arab
(Al-Mahdiyy), artinya orang yang dipimpin Allah kepada kebenaran. Mahdi
adalah salah satu julukan bagi imam suci yang kedua belas.
Nama
Imam Mahdi
Nama Imam
Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah ‘Abdullah. Jadi, nama
Imam Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,
مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ
أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
“Dia
berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama
ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun sama dengan nama ayahku.”
Imam Mahdi berasal
dari keturunan Fathimah, putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi
SAW bersabda:
الْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِى مِنْ وَلَدِ
فَاطِمَةَ
“Imam
Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.”
Hadits di atas menunjukkan bahwa Imam Mahdi berasal
dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dari
jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat.
Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar Kemakmuran dan
Keadilan
Di masa Imam Mahdi akan penuh dengan keadilan dan
kemakmuran, berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Di zaman beliau, harta begitu
melimpah, banyak ditumbuhi tanaman dan semakin banyak hewan ternak. Dari Abu
Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ
مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً
كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
“Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau
memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung. Di masanya, akan tersebar
keadilan di muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezholiman dan
kelaliman. Beliau akan berkuasa selama 7 tahun.”
Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan ada
pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika
tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum
pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan
mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada
seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau
mengatakan, ‘Ambillah’.”
Dalam riwayat Tirmidzi dikatakan,
“Datanglah seseorang kepada Imam Mahdi, lalu dia
berkata, ‘Wahai Imam Mahdi, berikanlah aku sesuatu, berikanlah aku sesuatu.’
Lalu Nabi berkata, “Imam Mahdi pun menuangkan sesuatu di pakaiannya yang ia
tidak sanggup memikulnya”
Dalam riwayat Al Hakim juga dikatakan,
“Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. (Pada
masanya), Allah akan menurunkan hujan, akan menumbuhkan tanaman di muka bumi,
harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak akan semakin banyak, begitu
juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7 atau 8 tahun.”
Masa Kekuasaan Imam Mahdi
Disebutkan dalam riwayat At Tirmidzi,
إِنَّ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىَّ يَخْرُجُ يَعِيشُ
خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا
“Imam Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku
dan ia akan berkuasa selama lima, tujuh atau sembilan tahun.” Ada keraguan
dari Zaid, salah seorang periwayat hadits ini.
Al Mubarakfuri menjelaskan, “Dalam riwayat dari Abu
Sa’id Al Khudri dalam sunan Abu Daud disebutkan bahwa Imam Mahdi berkuasa
selama tujuh tahun dan tidak ada keraguan sama sekali dari perowi. Begitu pula
dalam hadits Ummu Salamah disebutkan pula bahwa Imam Mahdi akan berkuasa selama
tujuh tahun. Di sini juga tanpa disebutkan adanya keraguan dari perowi. Dari
sini, hadits yang menggunakan lafazh tegas lebih didahulukan daripada lafazh
yang masih ada syak (keraguan).” Dari penjelasan beliau menunjukkan bahwa
yang lebih tepat jika kita katakan, Imam Mahdi berkuasa selama tujuh
tahun. Wallahu a’lam.
Di mana Imam Mahdi Muncul?
Tidak ada sama sekali riwayat yang shahih yang
menunjukkan di manakah tempat munculnya Imam Mahdi atau waktu kapan keluarnya
Imam Mahdi. Akan tetapi, para ulama menjelaskan hal itu dari kesimpulan beberapa
riwayat, namun tidak ditegaskan pasti di mana dan kapan munculnya.
Imam Mahdi akan muncul dari arah timur (yaitu timur
Jazirah Arab). Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam riwayat Ibnu Majah
Ibnu Katsir mengatakan, ”Imam Mahdi akan muncul dari
arah timur dan bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang disangkakan oleh
Syi’ah (Rafidhah). Mereka menunggu sampai sekarang, padahal persangkaan orang
Rafidhah itu hanyalah igauan semata, pemikiran yang sangat lemah dan pemahaman
gila yang dimasukkan oleh syaithan. Sanggkaan mereka tidak ada landasan sama
sekali dari Al Qur’an maupun As Sunnah serta apa yang mereka sangkakan sangat
tidak logis dan tidak sesuai dengan akal yang sehat .”
Nabi ’Isa akan Shalat di Belakang Imam Mahdi
Ketika Nabi ’Isa ’alaihis salam turun kembali di akhir
zaman, beliau akan shalat di belakang Imam Mahdi yaitu menjadi makmum di
belakangnya.
Dari Jabir bin ’Abdillah, Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:
”Sekelompok dari umatku ada yang akan terus
membela kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat
turunlah ’Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata,
”(Wahai Nabi Isa), pimpinlah shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab,
”Tidak. Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam
(pemimpin). Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.”
Dalam hadits yang muttafaqun ’alaih (disepakati
Bukhari dan Muslim), Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ
وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
”Bagaimana kalian jika ’Isa bin Maryam turun di
tengah-tengah kalian dan imam kalian dari kalangan kalian sendiri?”
Abu Dzar Al Harowiy, dari Al Jauzaqi, dari sebagian ulama
masa silam mengatakan bahwa makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari
kalian sendiri), yaitu imam tersebut berhukum dengan Al Qur’an dan bukan dengan
Injil.
Ibnu At Tiin mengatakan, ”Makna ”Imamukum minkum” (Imam
kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu bahwa syari’at Nabi Muhammad itu akan
terus dipakai hingga hari kiamat.”
Ringkasnya, maksud penjelasan di atas bahwa Imam Mahdi
adalah sebagai imam (pemimpin) kaum muslimin ketika itu. Termasuk pula Nabi Isa as beliau akan bermakmum di belakang Imam Mahdi. Beliau pun akan mengikuti
syari’at Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar